APA yang diketahui masyarakat tentang Sri Mulyani Indrawati selain prestasinya sebagai Menteri Keuangan Terbaik Asia versi Emerging Market untuk tahun 2006, 2007 dan 2008 dan Euromoney, majalah ekonomi berbasis di London, bahkan memberi penghargaan lebih mentereng, yakni sebagaimenteri keuangan terbaik dunia tahun 2006? Apakah dasar sinyalemen sebagian analis bahwa dia bisa menjadi kartu truf presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pemilihan presiden 2009?
Sarat prestasi. Cerdas, tegas dan berani. Dipuji sekaligus dicemaskan kiprahnya, antara lain dalam penegakan disiplin pajak. Program-programnya didukung oleh sebagian besar anak buahnya khususnya anak-anak muda di Departemen Keuangan, departemen yang mengelola dana anggaran tidak kurang dari seribu trilyun rupiah. Dipuji-puji oleh banyak otoritas keuangan dunia karena kinerjanya yang cukup mencorong. Dihormati oleh media dan para jurnalis, baik domestik maupun asing. Dikagumi oleh pengamat ekonomi sekaligus pengamat politik yang masih punya independensi.
The Iron Lady, demikianlah julukan Sri Mulyani oleh sementara media. Dia memegang di tangannya jabatan-jabatan strategis, yaitu sebagai Menteri Keuangan, Plt. Menko Perekonomian dan Executive Director IMF. Belum lagi kalau memperhitungkan penunjukan presiden sebagai Ketua Tim Renegosiasi Gas Tangguh. Sri masuk kabinet awalnya karena dipercaya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjabat Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Bappenas.
Dituduh Antek IMF
Namun, sebagaimana kata pepatah: Semakin tinggi pohon, semakin kencang anginnya, maka Sri Mulyani yang jebolan program doktoral University of Illinois Amerika Serikat, tak luput dari hantaman lawan-lawan politik pemerintah SBY-JK. Yang paling getol tentunya Rizal Ramli, mantan Menko Perekonomian di era pemerintahan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, yang ketika menjabat tidak mencatat prestasi nyata. “Dia tidak lahir dari seorang aktivis pergerakan sehingga dia tak memiliki visi, patriotisme dan spirit nasionalisme ekonomi seperti Hatta, Sjahrir, Ali Sastroamidjojo dan lainnya,” demikian tuduh Rizal. Namun terakhir dia juga berselisih dengan Aburizal Bakrie yang disokong Yusuf Kalla dalam kasus suspensi saham Bumi Resources yang berlarut-larut.
Biasanya serangan-serangan di media-media yang disponsori JK dan Ical yang dilontarkan kepada Mbak Ani, demikian Sri Mulyani biasanya disapa, adalah bahwa dia antek IMF (dan Bank Dunia) yang punya agenda mengibarkan panji-panji neoliberalisme ke dalam ekonomi Indonesia. Dasarnya adalah karena dalam perjalanan karirnya, Sri Mulyani pernah menjadi konsultan US-AID dan pernah pula mewakili negeri kita sebagai Direktur Eksekutif IMF untuk wilayah Asia Pasifik setelah lepas dari jabatan Kepala LPEM Universitas Indonesia. Bahkan kini dengan rangkap jabatan di kabinet SBY-JK, Sri Mulyani masih pula dipercaya bule-bule sebagai Anggota Komite Reformasi Internal IMF.
Tentang tuduhan di atas, dia terkesan cuek, namun terkadang Mulyani tidak bisa menahan kegeramannya. Menjawab tudingan sebagai ‘orang IMF’, Sri Mulyani menegaskan: “Saya masuk IMF karena mendapat tugas dari Indonesia. Saya di situ bertugas mewakili 12 negara miskin dan berkembang untuk berjuang membela kepentingan mereka. Perlu diketahui bahwa perlu kemampuan berbahasa Inggris yang bagus untuk berjuang dan berdebat di sarang para kapitalis itu. Dan bukan hanya sekadar pidato yang retoris namun harus bekerja keras,” cetusnya dalam forum Indonesia Investment Forum I pada tahun 2006.
Pernah pidatonya di sidang tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Singapura yang penuh kritik membuat namanya melambung. Kritik Sri Mulyani adalah pada pola kerja kedua lembaga kreditor yang biasanya mengutus tim besar dari Wahington dengan kerja mendiagnosa dan lalu memberi resep pemulihan ekonomi hanya dalam waktu dua pekan. Mestinya kedua lembaga penyelamat ekonomi negara-negara yang sedang terpuruk itu lebih bersikap sebagai partner daripada tukang ceramah.
Dia mampu membuktikan bahwa pernah bekerja di IMF tidak berarti selalu tunduk pada pendiktean IMF. Memang pada beberapa isu krusial dia sejalan dengan IMF, misalnya dalam hal efisiensi pasar dengan cara penegakan aturan main yang jelas, intensifikasi dan ekstensifikasi pajak, pembersihan fungsi bea cukai, minimalisasi penyelundupan, peningkatan invetasi dan privatisasi serta profesionalisme kerja BUMN. Namun dia juga punya visi-visi lain, misalnya penggunaan fiskal untuk jaring pengaman sosial, pencatatan aset-aset negara yang tertib, optimalisasi lembaga investasi negara, dan terakhir program maha sulit: reformasi birokrasi.
Anti Korupsi dan Reformasi Birokrasi
Meski Sri Mulyani sempat mendapat resistensi dari internal maupun eksternal, khususnya dari sejumlah politisi di Senayan, akhirnya berjalan juga program reformasi birokrasi di Depkeu yang satu paket dengan program yang sama di MA dan Kehakiman. Renumerasi dinaikkan namun disertai dengan perbaikan kinerja. Tanpa ragu dia menjatuhkan sanksi yang lebih keras bagi yang belum mau bekerja profesional dan bersih. Demi efektivitas program bersih-bersih ini, dia konon tak segan berkonsultasi dengan mantan Perdana Menteri Singapura, Lee Kuan Yew. Kini dia juga bekerja sama dengan KPK dalam menertibkan ribuan rekening liar departemen yang sejak Orde Baru dicurigai menjadi alat korupsi.
Calon Wakil Presiden?
Tahun lalu Sri Mulyani dinobatkan sebagai jajaran 100 wanita paling berpengaruh di dunia versi majalah Forbes dan wanita paling berpengaruh ke-2 di Indonesia versi majalah Globe Asia bulan Oktober 2007. Berada di peringkat ke-23 peringkat Forbes, Sri Mulyani mengungguli nama-nama beken lainnya seperti Hillary Rodham Clinton, Aung San Suu Kyi dan Oprah Winfrey. Sri Mulyani dinilai cukup berpengaruh karena sukses mendongkrak cadangan devisa Indonesia menembus US$ 60 miliar. Forbes juga menilai, kepercayaan pasar terdongkrak terbukti dengan nilai investasi asing yang terus menanjak setelah kepemimpinan Sri Mulyani di Departemen Keuangan.
Wanita kuat berusia 47 tahun ini juga dinilai gigih memberantas korupsi di birokrasi, menciptakan insentif pajak dan merevisi UU Investasi. Penghargaan dari Forbes sekaligus melengkapi berbagai gelar yang diperoleh ibu tiga anak ini sebelumnya. Sri Mulyani pada Maret tahun lalu juga telah dinobatkan sebagai tokoh paling berpengaruh di Asia oleh Singapore Institute of International Affair (SIIA).
Kini dengan ketenangan dan ketegasannya dalam membuka opsi-opsi recovery menghadapi gejolak krisis ekonomi global, kepanikan dunia usaha bisa diredam dan mereka cukup dibuat lega akan konsistensi arah kebijakan ekonomi. Sementara ekonomi negara-negara Asia Tenggara lumayan parah terimbas krisis, tim ekonomi pemerintah yang kini juga berkolabarasi erat dengan Bank Indonesia dinilai cukup sukses mencegah terjadinya situasi krisis yang lebih buruk. Kalau pertumbuhan pada tahun 2008 rata-rata mencapai 6 persen, diperkirakan pada tahun pemilu ini masih bisa dipertahankan pada level 5 persen.
Sebagian analisa menyebutkan potensi Sri Mulyani sebagai cawapres alternatif, apabila presiden SBY tidak hendak meneruskan komitmennya dengan Jusuf Kalla. Hal itu dimungkinkan kalau benar JK akan mencalonkan dirinya sendiri sebagai capres atas desakan arus bawah Golkar sementara Sultan Hamengkubuwono X akan bersanding dengan Megawati. Lagi-lagi Golkar akan menerapkan strategi dua kaki dalam pilcapres 2009.
Sebuah survei lokal Jawa Timur yang dilakukan SSC mendapati bahwa di antara tokoh-tokoh perempuan elektabilitas Sri Mulyani lumayan, sekitar 14 persen. Itu survei lokal di Jawa Timur, yang terbilang agak jauh dari ibukota. Jadi tidak benar kalau dikatakan Sri Mulyani tidak dikenal rakyat, khususnya masyarakat daerah. Apalagi latar belakang Sri Mulyani adalah keluarga besar PNI, dia berpotensi menyedot suara kaum nasionalis di Pulau Jawa.
Konon pula pada pemilu dan pilcapres di tengah-tengah kesulitan ekonomi, preferensi rakyat pemilih cenderung akan membenarkan slogan: “It’s the economy, stupid” dengan cara memberikan suaranya pada mereka yang dipercaya mampu mengatasi kesulitan ekonomi yang menghimpit kehidupan rakyat. Apalagi krisis kali ini skalanya tidak lagi terbatas pada Asia, namun sudah merupakan krisis global. Bukankah dengan demikian ke depan Indonesia perlu orang kuat untuk membentengi ekonomi negeri?
(sumber: http://roemahku.wordpress.com/2009/02/21/sri-mulyani-the-iron-lady/)